Menu Close

Kuliah Tamu Kolaborasi Arsitektur Unram Dengan Arsitektur UNM

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram berkolaborasi dengan Program Studi Arsitektur Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makasar menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan tema “Arsitektur Berbasis Lokalitas” pada Jumat, 4 Agustus 2025, dimulai pukul 08.00 WITA hingga selesai, bertempat di Ruang Prof. Morisco, Lantai 3, Gedung A Fakultas Teknik Unram. Acara ini bertujuan memperkaya pemahaman mahasiswa bahwa arsitektur adalah ilmu yang terintegrasi dengan konteks budaya, lingkungan, dan spiritualitas. Selain itu acara ini menjadi wadah pertukaran ide dan wawasan dari dua institusi pendidikan terkemuka.

Narasumber dari masing-masing prodi memaparkan materinya yaitu sebagai berikut:

  1. Armiwaty, S.T., M.Si., Dosen Prodi Arsitektur UNM, memaparkan materi tentang “Arsitektur Adaptif – Studi Rumah Apung sebagai Respon terhadap Fluktuasi Air di Danau Tempe.” 
    • Inti Materi:
    • Studi mengenai rumah apung sebagai bentuk adaptasi arsitektur terhadap fluktuasi air di Danau Tempe.
    • Fenomena fluktuasi air: antara 3,5 m (saat sangat kering) hingga 9,0 m (saat hujan).
    • Rumah apung dibangun dengan struktur mengapung, memanfaatkan material lokal seperti seng dan bambu, dengan sistem ventilasi silang untuk kenyamanan termal.
    • Bangunan bersifat terbuka tanpa sekat, mengandalkan angin alami, memberikan efisiensi energi secara pasif.
    • Kesimpulan: Arsitektur rumah apung merupakan wujud dari keberlanjutan lingkungan berbasis lokalitas dan adaptasi iklim mikro.
  2. Liza Hani Saroya Wardi, S.T., M.T., Dosen Prodi Arsitektur Unram, menyajikan topik “Jejak yang Hilang dan yang Diingat – Hermeneutika Ruang di Permukiman Sade dan Rembitan.” 
    • Inti Materi:
    • Membahas ruang permukiman adat Sasak di Sade dan Rembitan, menggunakan pendekatan hermeneutika Paul Ricoeur.
    • Konsep inti: Arsitektur adalah wujud tafsir memori kolektif masyarakat.
    • Permukiman Rembitan memiliki memori spiritual yang kuat dengan Masjid Kuno sebagai pusat orientasi ruang, menandai jejak arsitektur sakral.
    • Permukiman Sade lebih menonjolkan aspek fisik dan sosial-fungsional, kehilangan nilai spiritual, menjadikannya hanya bentuk tanpa makna religius yang kuat.
    • Dibahas pula kerangka mimesis: Prafigurasi → Konfigurasi → Refigurasi sebagai metode membaca ruang arsitektur.
    • Kesimpulan Hermeneutika:
      • Rembitan memiliki jejak yang diingat: ruang diwariskan secara spiritual dan naratif.
      • Sade mengalami jejak yang hilang: ruang bertahan fisik, tetapi kehilangan makna sakral dalam ingatan kolektif.

Dari kedua pemaparan tersebut menunjukkan pentingnya arsitektur berbasis lokalitas, baik dari segi kondisi geografis (Danau Tempe) maupun budaya (Sasak) serta terjadi sinergi antara arsitektur adaptif terhadap alam dan arsitektur interpretatif terhadap budaya.

Kuliah tamu ini memperkaya pemahaman mahasiswa mengenai bagaimana arsitektur tidak hanya soal bentuk fisik, tetapi juga terkait erat dengan memori, adaptasi lingkungan, dan spiritualitas masyarakat. Dua pendekatan berbeda yaitu teknis (rumah apung) dan filosofis (hermeneutika ruang), memberi perspektif menyeluruh tentang konteks lokal dalam perancangan arsitektur.